(Cerita) Simalakama
Di pinggir kota Jakarta, hidup sebuah keluarga kecil yang dipimpin oleh Asrul. Mari kita panggil dirinya dalam cerita ini sebagai Pak Asrul. Ia memiliki dua orang anak. Satu orang anak laki-laki bernama Edo, dan satu anak perempuan bernama Rina. Ia juga memiliki istri yang setia, bernama Asa. Mari kita panggil dia Bu Asa.
Keluarga Pak Asrul hidup bahagia di sebuah kontrakan dengan total sepuluh pintu. Ia memiliki tetangga yang baik, supportif, dan tentu saja, pengertian.
Pak Asrul berprofesi sebagai seorang ojek online, pendapatan yang ia peroleh sehari-hari sudah cukup untuk menghidupi kehidupannya yang sederhana. Didukung oleh sang istri yang juga bekerja sebagai Asisten Rumah Tangga, membuat keluarga yang tinggal di dekat Stasiun Gang Sentiong ini masih dapat menabung untuk keperluan masa depan kedua anaknya yang saat ini masih duduk di bangku SMP.
Pak Asrul memiliki perkumpulan ojek online di sekitar wilayah tersebut. Ia merasa, kehadiran perkumpulan tersebut sangat mendukung dirinya untuk saling memperoleh informasi terkait dunia per-ojolan. Hal tersebut dikarenakan, karena badai PHK yang menerpa dirinya satu tahun yang lalu, membuat dia harus dengan cepat dan tepat, selalu update dengan perkembangan zaman yang semakin modern.
"KAYA RAYA GUA!" Teriak salah satu rekan Pak Asrul. Namanya Pak Iwan. Ia menunjukkan layar ponselnya yang bertuliskan Rp10.000.000,00 (sepuluh juta). Pak Jono dan Pak Karyo yang sedang duduk bersama Pak Asrul kala itu seketika menggerutu, merasa hidup ini tidak adil. "Walah, asu."
Pak Asrul yang mendengar itu kebingungan, "Kenapa pak?" Pak Jono menjelaskan, "Jangan ikut-ikut kamu, srul. Rugi nanti." Pak Asrul tetap bingung, rasa penasarannya tak terjawab.
"Ini, srul. Ada game online yang bisa bikin kamu raya. Soalnya bisa dapet duit gini kayak saya. 10 Juta, srul!" Pak Asrul sadar, "Judi pak, maksudnya?" Pak Iwan mengangguk setuju. "Saya gak berani, pak, main begitu-begituan." Mendengarnya, pak Iwan tertawa terbahak-bahak. Ia merasa, di kondisi hidup yang seperti ini, orang-orang seperti mereka tidak mungkin akan terus bertahan.
"Main aja sekali dua kali, srul. Pakai uang dingin." Uang dingin?
"Iya, uang yang nggak kamu pakai untuk keperluan-keperluan. Jadi kalau kalah, nggak terlalu ngerugi. Nggak kayak si Jono sama Karyo itu," ucap pak Iwan disusul tawa darinya.
___
Waktu demi waktu berlalu.
Hari-hari Pak Asrul berjalan seperti biasanya. Sebelum berangkat narik ojol pak Asrul mengantarkan kedua anaknya menuju sekolah. Sesampainya di sekolah, Edo mengatakan kalau hari ini dia ada kegiatan di sekolah, "Hari ini aku mau ada tanding futsal, pak. Jadi pulangnya agak terlambat." Pak Asrul mengangguk setuju, mengizinkan. Setelah kedua anaknya mengucapkan salam, pak Asrul mengucapkan pamit, ingin berangkat kerja.
Setengah hari narik ojol. Pak Asrul beristirahat di basecamp teman-teman ojek online-nya. Ia bertemu Pak Karyo yang sedang sendirian. Pak Asrul heran, karena Pak Jono tidak terlihat ada di situ. "Pak Jono kemana, Pak Kar?" Pak Karyo melihat ke arah Pak Asrul, menunjukan ekspresi kebingungan, "Ntah, pak. Katanya hari ini dia pindah ke luar kota."
Pak Asrul yang kebingungan mendengar ucapan dari Pak Karyo pun hanya bisa memaklumi.
Fokusnya pun seketika teralihkan melihat layar Pak Karyo yang sedang bermain game yang beberapa waktu lalu dimainkan Pak Iwan. Ia penasaran. "Kayaknya asik banget pak, main game-nya." Pak Karyo yang mendengar itu hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya, "Iya pak, kalau menang. Akhir-akhir ini kalah terus."
Belum sempat mengucap, Pak Karyo berkata, "Gak ikut main, pak? Pake kode dari saya. Jadi nanti bapak dapet saldo gratis!" Pak Asrul kebingungan, "Maksudnya apa?"
Dengan antusias Pak Karyo menjelaskan, "Kalau bapak ikut coba main ini, bapak dapet saldo gratis jadi bapak bisa main secara gratis. Nanti saya juga dapet saldo juga, jadi sama-sama untung pak. Tolonglah, pak," ucapnya, terkekeh.
Penasaran, pak Asrul mengiyakan. Ia merasa, hal tersebut sangat menguntungkan, "Gratis. Kenapa enggak?"
Singkat cerita, Pak Asrul mencoba memainkan game tersebut, dan ya, Pak Asrul menang. Dari deposit gratis yang ia peroleh, Pak Asrul berhasil menang beberapa kali lipat. Merasa ini bohongan, ia mencoba untuk menarik saldo yang ia menangkan tersebut. Dan? berhasil.
Merasa kemenangan ini hanya beruntung sesaat, ia memutuskan untuk tidak melanjutkan kembali permainannya.
___
Pak Asrul mendapat kabar kalau anak laki-lakinya, Edo. Merusak motor temannya. Kronologisnya, Edo meminjam motor tersebut lalu tak sengaja menabrak motor tersebut. Tak terima, teman Edo yang bernama Iqbal meminta Edo untuk ganti rugi.
Bukan main-main, kerugian yang diminta oleh Iqbal sebesar lima juta rupiah. Mendegar hal itu, tentu saja Pak Asrul marah bukan main, malam hari setelah kejadian itu ia memarahi Edo. Memukul anak laki-laki satu-satunya itu dengan benda tumpul.
Kejadian itu meninggalkan trauma bagi Edo karena ketidaksengajaannya.
Singkat cerita, menggunakan uang tabungannya Pak Asrul mengganti rugi kerusakan motor Iqbal.
Merasa ucapan Pak Iwan ada benarnya. Terkait keadaan hidupnya yang tidak bisa terus seperti ini. Membuat Pak Asrul memutuskan untuk mencoba lagi game tersebut.
Hari pertama mencoba lagi game itu, Pak Asrul diajarkan oleh Pak Iwan secara lengkap terkait permainan ini. Pak Iwan memberi tahu kalau sistem permainan ini bersifat random sebagaimananya judi. Ya, karena ini memang judi.
Sebagaimana yang disarankan Pak Iwan, Pak Asrul menggunakan uang dingin terlebih dahulu sebesar satu juta rupiah. Karena tindakannya itu, Pak Asrul kembali memperoleh kemenangan. Merasa dirinya jago membawa keberuntungan, ia kembali bermain, dengan saldo deposit yang lebih tinggi dari sebelumnya.
"Langsung lima juta aja kali ya, pak." Pak Iwan mengangguk, "Gass, pak!"
Menggunakan kemenangan dan saldo tambahan. Untuk pertama kalinya pak Asrul memahami kekalahan, "Yah, kalah pak." Pak Iwan menghasut, "Wah, coba lagi kali pak." Merasa ini hanya ketidakberuntungan, ia mencoba lagi.
___
Kegiatan tersebut Pak Asrul lanjutkan saat sudah di rumah. Ia men-depositkan saldo untuk game tersebut menggunakan uang simpanannya. Ia merasa, ini adalah uang dingin yang sah-sah saja ia pakai.
Merasa tidak lagi menemukan kemenangan, tak sadar uang yang ia miliki sudah habis. Merasa rugi dan berpikir akan ada kemungkinan lain. Ia memberanikan diri menggunakan uang tabungan istrinya untuk kembali bermain.
Hasilnya? Sama saja.
Tak menyerah, ia kembali lagi mencoba uang tabungan yang bersisa. Hingga pada di satu momen, istrinya tersebut meminta ia untuk berhenti. Merasa sudah rugi terlalu banyak, Asrul mengiyakan. Namun, tetap saja, hal tersebut tidak bertahan lama.
Dibayangi pikiran uang-uang yang sudah ia gunakan dan tak dapat kembali. Tanpa sepengetahuan istrinnya, Pak Asrul memutuskan meminjam uang dari rekan-rekannya bahkan pinjaman online yang bahkan ia sendiri tak sadar risikonya.
___
Hari-hari berlalu, Pak Asrul semakin menjadi. Rumah mereka didatangi oleh debt collector yang menagih hutang. Menyadari situasinya yang semakin parah, ia memutuskan untuk kembali meminjam ke pihak lain. Ya, gali lubang tutup lubang.
Pak Asrul berpikir, satu-satunya penolong situasinya saat ini adalah game itu. Ia terus memaikannya, tanpa berpikir panjang memikirkan risikonya. Membuat keluarga yang Pak Asrul dan Bu Asa bangun selama 15 tahun hancur seketika. Tetangga banyak mendengar teriakan dari Pak Asrul setiap malam, diikuti suara tangis dari Rina yang memekakan telinga. Tak jarang tetangga ikut memisahkan mereka, namun lagi dan lagi, bagaikan sebuah magnet, Pak Asrul dan keluarga kecilnya selalu kembali akur lagi. Ya, untuk sementara.
Hingga pada akhirnya.
___
Siang hari yang terik dan penuh ketenangan seketika menjadi suasana yang tegang ketika Edo, anak laki-laki dari keluarga kecil itu berteriak meminta tolong ke tetangga dan warga sekitar. Pak RT dan warga lainnya yang mendengar itu segera mengerubungi Edo yang sudah ada di depan teras rumah kontrakannya. Satu kata yang muncul saat itu dalam pikiran warga, "Kenapa?"
Edo menunjuk ke dalam rumah, menunjukan pemandangan dari ketiga anggota keluarga itu. Pak Asrul, Bu Asa, dan Rina. Ditemukan menggantung di ruang tamu.
Edo menjerit, "AYAH.. IBU... RINA..!"
___
Komentar
Posting Komentar