(Cerita) Garam Merindukan Bulan

Yuke dan Andra merupakan pasangan muda-mudi yang mendiami suatu wilayah kecil di pesisir kota Bandung. Mereka sudah berpacaran kurang lebih selama 4 tahun, membuat perkara saling mengenal satu sama lain hingga akar bukanlah perkara yang rumit.

Selayaknya pasangan yang sudah menjalin asmara sejak lama. Sudah banyak sekali pasang dan surut yang mereka lewati. Bersama-sama menginjak usia ke-25 pada tahun ini, membuat Yuke, seorang gadis dengan rambut pendek tanpa poni, ingin sekali segera dinikahi oleh Andra. 

Andra yang dengan sabar mendengar celotehan pacarnya itu terkait pernikahan hanya bisa tertawa dan mengiyakan. Andra berkata, "Ya, kita akan menikah." Namun, Andra tidak pernah memberikan jawaban pasti. 

Andra bekerja menjadi seorang editor surat kabar di sebuah perusahaan produsen koran. Gajinya terbilang kecil jika dibandingkan teman-temannya yang sering dijadikan Andra sebagai patokan. Walaupun Andra tidak pernah menceritakan kegalauannya itu kepada Yuke. Namun, Yuke menyadari hal itu, "Andra sayang, it's okay! Nggak harus sekarang, kan?" Andra yang mendengar itu pun tersenyum, kemudian mengangguk setuju. 

Sebagai seorang anak sulung yang sudah tidak memiliki ayah. Membuat Andra harus berjuang berkali-kali lipat demi menghidupi satu adik dan ibunya. Prioritas yang memaksa Andra harus lebih berorientasi kepada hidupnya membuat ia terserang dilema. Beberapa kali Andra menanyakan hal itu ke Yuke, apakah dengan hidup yang ia jalani bersama Andra, ia pernah merasa kesepian dan tersingkirkan?

Yuke menggeleng-gelengkan kepalanya. "Nggak, kok! Hidup yang aku jalanin saat ini sudah cukup. Sangaatttt cukup!" Yuke dengan antusias mengucapkan hal itu, sampai-sampai poni rambutnya yang sudah ia ikat rapih terlepas. 

Dengan cekatan Andra merapikan rambut wanita favoritnya itu, ia mengatakan, "Kalau nanti Yuke sudah ngerasa nggak kuat sama Andra, bilang Andra, ya."

Keheningan tercipta antara keduanya, Yuke tersenyum, "Pasti Andra lagi ngejalanin hari-hari yang berat ya? Nggak apa-apa kok. Yuke paham. Andra jangan khawatir, Yuke nggak akan ninggalin Andra."

Yuke berbohong. 

27 Oktober,

Memasuki akhir tahun, hujan secara sering menghiasi permukaan kota. Suhu dingin dengan cepat menyerang seluruh masyarakat Bandung, tidak terkecuali Andra dan Yuke yang malam ini sedang makan bersama di satu kedai pinggir jalan.

Yuke memesan satu porsi mie kuah dengan tambahan topping telur dan daging kornet. Setiap mereka berdua datang ke kedai itu, Yuke selalu memesan menu yang sama, hingga tanpa ditanya pun, pelayan kedai tersebut sudah mengerti apa yang diinginkan Yuke. Andra? entahlah. 

Selama tiga bulan terakhir, Andra menyadari Yuke tidak seriang biasanya, walaupun Yuke secara konsisten masih menyemangati Andra dan melantunkan kalimat Aku mencintaimu di setiap pagi dan malamnya Andra merasakan sesuatu yang berbeda. 

Namun, Andra tidak terlalu memikirkan hal itu, ia merasa mereka berdua sudah dewasa, mungkin.. Yuke sedang sibuk dengan pekerjaannya sehingga dia lebih mengedepankan hal itu terlebih dahulu dibanding Andra. Andra tidak masalah dengan itu.

"Yuke," Yuke yang mendengar itu menoleh ke arah Andra, "Iya?"

"Yuke lagi pusing sama kerjaan Yuke ya?" Yuke tertawa kecil, sambil mengunyah mie yang sedang ia makan ia tersenyum mengiyakan. "Maaf ya Andra, aku kelihatan banget lagi banyak pikiran, ya?" 

Andra menyadari satu hal yang lain.

"Iya, soalnya Yuke akhir-akhir ini kelihatan letih banget, serius nggak apa-apa?"

Yuke kembali mengangguk, "Iya aku nggak apa-apa." 

Selesai makan mereka berdua memutuskan untuk pulang. 

Di perjalanan, Yuke memanggil nama Andra dengan suara lirihnya, "Andra.." Andra yang mendengar itu dengan sigap membalas, "Iya kenapa, sayang?" Yuke tersenyum mendengar nada Andra memanggilnya sayang. "Aku mau nanya.."

"Kalau aku mau putus dari Andra, gimana?" 

Sesuai dugaan Andra, malam ini lebih dingin dari biasanya. 

"Maksud Yuke apa? Putus?" Andra menghentikan motornya, meminta penjelasan dari Yuke. "Bener kata Andra waktu itu, Yuke nggak kuat ngejalanin ini lagi. Yuke mau nyerah." 

Beberapa hari sebelum momen ini Andra melihat postingan media sosial yang mengatakan jika air mata yang keluar dari sebelah kiri terlebih dahulu, hal tersebut menandai adanya kesedihan dan rasa sakit. Ya, Andra melihat itu sekarang. 

Keheningan menyerang mereka berdua, lagi. Andra berusaha memproses apa yang sedang terjadi pada dirinya malam ini. Hingga pada akhirnya, muncul satu kesimpulan final dari dirinya. Andra mengiyakan.

Sebagai act of service terakhir dari Andra, ia tetap mengantar Yuke pulang sampai rumah. Selama perjalanan itu hanya keheningan yang berisik diantara mereka berdua. 

Yuke mengucapkan terima kasih, menjelaskan tidak ada yang perlu dijelaskan lagi walaupun Andra tetap menanyakan hal itu. Andra tidak perlu tahu alasannya.

Andra tidak boleh tahu alasannya.

Akun media sosial mereka yang seharusnya ramai membagikan kebersamaan mereka, isi pesan yang seharusnya manis dihiasi ucapan terima kasih dan penuh cinta, kini berubah dengan cepat. 

Tak terasa, waktu juga berjalan demikian. Sudah lima bulan mereka saling tidak mengetahui kabar satu sama lain. Hingga saat ini Andra masih dipenuhi oleh banyak sekali rangkaian pertanyaan yang dirangkum menjadi satu kata. Yakni, kenapa?

Andra berangkat kerja seperti biasanya. Dalam perjalanan menuju kantor ia tak sengaja berpapasan dengan sosok tak asing. Sosok tersebut adalah Melvin, teman SMP Andra dan Yuke. 

Melvin menyapa Andra, Andra yang masih belum menyadari siapa yang sedang menyapanya dengan cepat dibuat ingat setelah mendengar kalimat, "Gue Melvin, teman SMP lo!"

"Oh! Melvin. Maaf ya gue lupa," Melvin yang mendengar itu tertawa. "Lagi ngapain di sini, vin? Udah lama banget kita nggak ketemu, ya!" Melvin mengiyakan, ia menjawab, "Kebetulan lagi mau ketemu klien di daerah sini." Andra yang mendengar itu memaklumi, memang kawasan tempat ia bekerja dikelilingi oleh banyak tempat biasa orang-orang berkumpul. 

"Oh ya, ndra," ekspresi Melvin seketika berubah, "Gue turut berduka ya." 

Andra bingung, "Hah, berduka kenapa?"

"Lho, lu masih pacaran sama Yuke, kan?" Andra semakin bingung, "Nggak, kita sudah lama putus. Lima bulan yang lalu, seinget gue." Melvin terkejut.

"Emang kenapa, vin?" tanya Andra. 

Yuke meninggal dua minggu lalu.

Yuke gemar sekali mengoleksi komik. Oleh karena itu di setiap hari ulang tahunnya ia selalu meminta dibelikan komik oleh Andra. Andra setuju. Beberapa kali Yuke pernah berkata sama Andra kalau setelah mereka berdua menikah, dia akan tinggal di rumah, menjaga kucing dan mengurus pekerjaan rumah sambil membuat komik romansa. 

Namun, mimpi yang dibangun oleh Yuke itu tidak akan pernah terealisasi.

Andra sudah tiga hari tidak masuk kerja, izin sakit, tulisnya kepada HRD kantor. Padahal yang ia lakukan hanya menyendiri di rumah, melihat kenangan mereka berdua dengan Yuke. Sambil terus mengutuk dirinya sendiri. 

"Yuke.., dia jahat. Ninggalin aku sendiri di sini." 

Bel rumah Andra berbunyi beberapa kali. Dengan sigap ibu Andra menghadiri tamu tersebut. Ternyata itu adalah Melvin. Ibunya Andra mengatakan kalau Andra tidak bisa ditemui sekarang, namun setelah dijelaskan Ibunya Andra setuju untuk mempersilakan Melvin masuk, menemui Andra. 

Di dalam, Melvin melihat sekeliling, ada banyak sekali foto Andra dengan ayah, adiknya, ibunya.. dan tentu saja, Yuke. Tak selang beberapa lama, Melvin melihat Andra yang ternyata sudah ada di hadapannya. Melvin tersenyum, kemudian menyerahkan bungkusan benda sebesar telapak tangannya kepada Andra. 

Itu buku diary Yuke.

Melvin mempersilahkan Andra membukanya. Belum sampai satu menit, Andra menangis. 

18 Juni

Aku divonis dokter menderita Kanker. Kok nggak bisa sadar, ya? Padahal aku ngerasa sehat-sehat aja. TT

25 Juni

Andra seperti biasa selalu ganteng. Jadi takut nanti ninggalin dia. TAKUT DIREBUT CEWE LAIN. Kurang ajar. Jangan sampe. Awas aja.

30 Juli

Aku ngerasa nggak sehat, aku nggak mau kayak gini terus.

15 Agustus

Aku tiba-tiba mikir, nanti kalau Andra tau aku sakit gimana ya? dia sedih ga ya? Tapi aku lebih takut ninggalin dia lewat kenyataan ini :(

5 September

Apa aku putus aja ya? Aku nggak mau Andra sedih pas aku udah ngga ada nanti. Mendingan sedihnya sekarang. Biar nanti kalau aku udah ngga ada, Andra ngga sedih lagi :(

15 Oktober

Tapi Andra terlalu ganteng buat aku tinggalin, aaaaahhahahaha

27 Oktober

Besok aku mau putus, tapi entah kenapa aku ngerasa Andra pasti bakal bahagia. Stay strong yukee!

Setelah selesai membaca seluruh isi buku itu. Melvin mengatakan, "Ibu Yuke yang ngasih itu. Kata beliau, kamu harus udah mulai ngelupain Yuke." Andra yang mendengar itu menggelengkan kepalanya, "Ini tanggung jawab gue, ini salah gue, ini gara-gara gue, ini semua karena gue nggak sadar." 

Melvin tersenyum,

"Kalau emang lu merasa bertanggung jawab, ndra. Gue harap.. lu jangan sampai lupa sama Yuke, ya?" 

-

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 






Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Cerita) Salmon dan Lele

(Cerita) Apel & Keju